Olah Vokal — Catatan Sebelum Pentas

by - October 18, 2018



Senin, 1 Oktober 2018

Pada malam hari ini saya mengikuti latihan UKM TSD. Materi yang dibahas pada hari ini adalah olah vokal. Olah vokal kali ini berbeda dengan olah vokal pada umumnya, cara bergerak, cara nafas, dan mengolah otot bagian tubuh pun tidak kalah penting. Untuk mengawali atau mendasari latihan olah vokal, kami memulainya dengan pemanasan seperti biasa. Kemudian kami masuk ke materi inti yaitu olah vokal.

Latihan yang diberikan adalah dengan senam atau berolah raga dengan bagian perut. Segala sesuatu latihan yang berhubungan perut dilakukan. Mulai dari metode Suzuki, sudut, dan lempar kaki. Mungkin hanya sedikit latihan yang dilakukan. Namun dari ketiga latihan tersebut ada beberapa alur yang harus dilalui sehingga seakan gerakan yang sama diulangi beberapa kali. Tujuan latihan itu adalah melatih otot perut yang dimiliki para aktor.

Mengapa itu perlu? Karena pada nantinya, seorang pemeran harus bisa mengucapkan dialog dengan menggunakan teknik pernapasan perut. Ketika otot perut sudah terbiasa, maka akan mudah bagi pemeran untuk melakukan pernapasan perut.

Setelah latihan pengolahan otot perut, sutradara menambahkan latihan pernafasan. Ada dua jenis pernafasan yang saya ikuti, yaitu nafas anjing dan mengendalikan tempo nafas saat berjalan. Seperti diketahui bahwa ketika anjing bernafas rata-rata menjulurkan lidah dan telihat terengah-engah. Hal yang sama saya lakukan. Terlihat mudah namun sulit karena nafas, gerakan perut serta suara terengah-engah harus bisa keluar berirama. Setelah latihan nafas anjing selesai, lanjut pada mengatur tempo nafas saat jalan.

Ketika sutradara berkata “dua”, maka kami diharuskan untuk menarik nafas selama dua hitungan dan membuang nafas selama dua hitungan juga. Hitungan tesebut dilakukan menggunakan kaki (berjalan). Contohnya ketika berkata dua, maka kita melangkahkan kaki kanan-kiri sembari ambil nafas dan kanan-kiri untuk buang nafas. Ketika tiga berarti kanan-kiri-kanan dan dibuang kiri-kanan-kiri. Tempo yang dilakukan seirama dengan langkah kaki. Saya pun melakukan variasi langkah. Ada yang saya buat langkah cepat dan lambat.

Materi terakhir olah vokal yang saya dapatkan adalah intonasi. Di dalam intonasi ada empat komponen yang harus dipahami, yaitu jeda, tempo, timbre, dan nada. Keempat ini merupakan hal yang sangat penting juga untuk seorang pemeran. Dengan adanya intonasi penonton bisa tahu dialog yang diucapkan tokoh mengandung muatan emosi sedih, senang, marah, jengel, atau yang lainnya. Ketika intonasi dalam naskah tidak ada maka hanya seperti membaca buku atau berita saja. Saya mendapatkan materi yang membuat saya tertarik.

Saya ada kesulitan dibagian timbre. Bagian timbre ini menurut saya paling seru namun juga paling sulit diatara ketiga komponen lainnya. Saya sebelumnya juga belum pernah mengetahui timbre yang ada dalam pementasan. Namun saya tetap belajar untuk memahaminya.

Leonardus Dwi Cahya Nugraha (Cahya).

You May Also Like

0 komentar