Pentas “Ke Mana Waktu, Aku Ingin Bermain!”, 20-21 November 2015.

Pembacaan ulang atas karya yang telah dipentaskan rupanya menghasilkan beragam temuan yang menarik, yang menjadikan karya itu siap untuk dipentaskan ulang dengan menyertakan gagasan-gagasan baru dan segar, meski tetap berpijak pada narasi yang sama.

“Ke Mana Waktu, Aku Ingin Bermain!” tahun 2015 masih menyuarakan kegelisahan yang sama dengan pentas di tahun 2009, dengan aktor dan sutradara yang berbeda. Kegelisahan yang hendak disuarakan melalui pentas inikurang lebih serupa, yaitu tentang relasi antara waktu dan manusia dan ketika manusia harus berpacu dengan waktu alih-alih menikmati dan memaknai perjalanan hidupnya (diibaratkan sebagai “bermain”). Plot pertunjukan sebelumnya dipertahankan dengan tidak terlalu ketat untuk memberi ruang bagi pengadeganan yang baru dan, disisi lain, untuk menguatkan kesan nostalgik bagi penonton yang telah menyaksikan pertunjukan pertama di tahun 2009.

Wacana dalam pertunjukan ini masih dapat teridentifikasi dalam kurun waktu kekinian dan itulah alasan mementaskannya kembali. Takhanya sekadar didorong oleh motivasi nostalgik, namun juga keinginan untuk menyentil kembali sebuah fenomena tentang manusia yang terseret arus zaman dan gagap dengan dirinya sendiri.

Pentas ini disutradarai oleh Laurensius Dhion, dengan aktor Charles Advendi, Dewitri Ayu Maharani, Waluyo Adi Santoso, Guruh Nugroho Aji, Iva Olami, dan Agatha Carniela. Dipentaskan di auditorium Lembaga Indonesia Perancis, Yogyakarta.