‘Nongkrong’ di Teater Seriboe Djendela (PAB 2016)

by - September 23, 2018


Berdiri, duduk, berjalan dan berdialog didepan lembaran kain hitam bernama backdrop serta ditemani oleh berbagai macam barang yang menjadi setting. Disaksikan oleh banyak pasang mata yang menantikan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Berkomunikasi dengan banyak pasang mata tersebut dengan seluruh ekspresi yang senada dengan apa yang mereka lakukan. Begitulah para kegiatan para aktor dan aktris baru milik Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Seriboe Djendela.

UKM teater milik Universitas Sanata Dharma melangsungkan sebuah pementasan untuk para anggota barunya yang baru bergabung selama kurang lebih 2 atau 3 bulan. Pementasan yang dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 26 dan 27 November 2016 ini diberi tema “Nongkrong” yang di dalamnya ada 3 judul naskah yang berbeda dengan 3 sutradara yang berbeda pula. Ketiga judulnya yaitu, “Dilarang Bernyanyi di Kamar Mandi”, “Kotor”, dan “Perhati(k)an”.

Penanggungjawab pementasan, Agathon Hutama yang mewakili teman-teman Teater Seriboe Djendela mengatakan mereka memilih tema “Nongkrong” karena di tempat-tempat nongkrong-lah biasanya diperbincangkan topik-topik hangat yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Namun eksistensi tempat nongkrong saat ini sudah mulai berkurang karena seringkali orang lebih sibuk dengan dunianya sendiri, terutama gadget. Terlebih, pementasan anak baru ini mengangkat konsep teater realis yang mana sebuah pertunjukkan teater yang mengangkat tentang fenomena yang benar-benar terjadi di sekitar masyarakat.

Naskah Dilarang Bernyanyi di Kamar Mandi yang merupakan adaptasi dari buku milik Seno Gumira Ajidarma ini adalah yang pertama kali tampil. Diperankan oleh 11 aktor dengan setting panggungnya yang dibuat seolah berada di lingkungan rumah dimana tembok rumah satu dengan yang lainnya saling menempel sehingga kita bisa mendengar suara-suara dari rumah sebelahnya. Dan hal inilah yang menjadi inti dari naskah Dilarang Bernyanyi di Kamar Mandi. Ketika para suami beserta hansip yang awalnya tidak sengaja mendengar nyanyian seorang wanita muda sedang bernanyi, para suami menjadi ketagihan dan selalu berkunjung untuk mendengar -dari luar kamar mandi- nyanyian wanita itu. Sehingga akhirnya para suami bercinta dengan imajinasinya sendiri dan membuat hubungan rumah tangga mereka menjadi tidak harmonis.

Ekspresi horny dari para aktor ketika yang sedang memerankan adegan menguping wanita yang sedang menyanyi sambil mandi dan ditambah dengan backsound yang lucu mengundang gelak tawa dari para penonton. Bahkan, mengundang kata-kata makian yang disertai gelak tawa dari para penonton pria saat setting bayangan seorang wanita yang sedang mandi dihadirkan di panggung.

Lewat naskah Dilarang Bernyanyi di Kamar Mandi ini, Nadia sang sutradara, ingin menyinggung bahwa seringkali manusia malah dikendalikan oleh imajinasi buruknya sendiri hingga terkadang menimbulkan masalah. Bahkan, dari ekspresi para penontonnya dapat dilihat bahwa nampaknya para penonton juga menonton sambil menghadirkan imajinasi liarnya apalagi saat bayangan wanita yang sedang mandi sambil bernyanyi itu dihadirkan.

Tak hanya berhenti di satu penampilan saja, naskah dengan judul Kotor ini menjadi penampil yang kedua. Setting tempat yang dibuat seperti ruangan sebuah kontrakan beserta dispenser, kasur, radio, cermin, tikar, meja, piring, sendok, gelas, dan perlengkapan lainnya. Ditambah dengan backsound lagu-lagu khas yang seringkali diputar oleh anak muda di kontrakannya membuat penonton seakan berada di sebuah kontrakan. Naskah Kotor ini diperankan oleh 10 aktor yang menceritakan tentang sang tokoh utama, Briston, tinggal di sebuah kontrakan bersama 3 orang temannya. Tetapi saluran wc kamar mandi kontrakan itu nampaknya sedang mampet karena mengeluarkan aroma tidak sedap. Briston memiliki seorang kekasih yang matre dan hanya tahu memikirkan tentang hubungan seksual saja. Sementara sebaliknya teman Briston, Satria, memiliki seorang kekasih dari keluarga kaya tapi, justru Satria lah yang matre. Hingga pada akhirnya Briston baru menyadari bahwa kekasihnya, Angel berselingkuh dengan teman kontrakannya, Satria.

Sesuai dengan judulnya Kotor, Vendi sang penulis naskah dan juga sekaligus menjadi sutradara kerap kali memunculkan banyak kata-kata kasar dan kotor serta beberapa adegan "nakal" dalam naskahnya. Ada adegan saat Angel kekasih Briston menginginkan sesuatu yang lebih dari pertemuan mereka hari itu. Angel mulai melepaskan jaketnya, ditambah dengan iringan backsound yang terdengar sensual dan lampu yang mulai redup perlahan seiring dengan gerakannya. Briston mulai menanggalkan kaos yang dikenakan. Sementara Angel mulai melepas kacamatanya, ikat rambutnya, dan mengibaskan rambutnya. Angel mulai merangkak menghampiri Briston yang sudah berada di kasur kamar kontrakannya dan saat itu lampu sudah benar-benar mati. Namun, tiba-tiba lampu menyala dan Angel tidak jadi "melakukannya" karena mencium aroma tidak sedap dari kamar mandi. Angel lalu pergi meninggalkan Briston.

Para penonton yang melihat adegan ini terlihat sangat dibuat penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Briston dan Angel, terlihat dari pandangan mata para penonton yang serius dan pandangannya mengikuti setiap gerakan si Angel. Juga beberapa penonton yang dibuat kaget dengan adegan itu sambil bebisik pelan dengan teman sampingnya.

“Astaga, beneran itu mau begituan?”
“Enggak mungkin! Masa mau begituan di sini,” menandakan bahwa penonton benar-benar sudah terbawa oleh adegan “nakal” Briston dan Angel.

Lewat naskah Kotor-nya, Vendi menyiratkan sebuah sindiran tentang bagaimana kotornya pergaulan anak-anak muda saat ini dan bagaimana kasarnya kata-kata yang kerap kali keluar dari mulut para anak-anak muda. Bahkan mereka terkadang tidak sadar bahwa kata-kata itu kasar dan kotor. Dan Vendi, menyiratkannya dengan adanya aroma tidak sedap dari kamar mandi di kontrakannya. Namun, bisa juga ditafsirkan bahwa aroma tidak sedap dari kamar mandi itu ingin menggambarkan bahwa hal-hal kotor yang kerap kali kita lakukan walaupun kita tutup-tutupi, maka aromanya akan tetap tercium juga oleh orang lain.

Pementasan yang dilakukan selama dua hari tidak berhenti sampai di naskah Kotor. Pementasan dilanjutkan di hari berikutnya; hari Minggu di tempat yang sama pula. Sama dengan dua pementasan sebelumnya, di depan backdrop hitam khas teater, para aktor dari naskah yang berjudul Perhati(k)an berakting di Minggu sore yang hujan. Namun, cuaca yang hujan tidak membuat semangat para penonton surut. Penonton yang datang hari itu tetap ramai. Pementasan dibuka oleh chit-chat dari MC setelah itu lighting mulai meredup hingga akhirnya mati. Itu menandakan bahwa pementasan akan segera dimulai. Samar-samar di saat lighting belum menyala, terlihat beberapa aktor memasuki panggung yang di-set menyerupai gerobak angkringan yang lengkap dengan nasi kucing, gorengan, sate usus, teko air, termos, sendok, garpu, sedotan, dan kerupuk.

Aktor yang sudah berada di panggung sudah mulai berakting hingga lampu perlahan menyala dan para aktor baru memulai dialog mereka saat lampu sudah menyala terang. Ada lima orang aktor pada saat itu. Setting angkringan ditambah dengan backsound suara jangkrik dan kendaraan lewat membuat penonton seolah-olah betul betul berada di sebuah angkringan. Ditambah dengan suguhan makanan berupa macam-macam gorengan melengkapi suasana angkringan yang dirasakan para penonton.

Naskah yang diperankan oleh 13 aktor itu mengangkat kritik sosial tentang perilaku para anak muda yang sudah menjadi ’autis’ karena gadget mereka. Sehingga tidak memperdulikan sekitarnya bahkan temannya sendiri yang berada di sampingnya. Permasalahan naskah ini ada pada Rio yang merasa kecewa dengan beberapa temannya yang selalu sibuk dengan dunianya sendiri setiap kali Rio mengajak mereka bertemu di angkringan Pak Juman. Herman yang malah sibuk dengan pacarnya dan Panji yang sibuk dengan game di handphone-nya.

Di dalam naskah Perhati(k)an ini, Guruh si penulis naskah juga mengangkat beberapa topik yang sempat menjadi topik hangat masyarakat. Game mencari pokemon (Pokemon GO) menjadi salah satunya. Selain itu, Awkarin dan media sosialnya. Lalu, ada Saipul Jamil dan kasus pelecehan seksualnya. Serta yang belum lama ini baru saja selesai menjalani sidangnya, yaitu Jessica dan kopi sianidanya.

Pementasan tidak berakhir begitu saja. Dilanjutkan dengan dilaksanakannya forum diskusi antara seluruh aktor dan aktris bersama dengan sutradara dan penonton. Lewat forum diskusi inilah para aktor dan aktris bercerita tentang rintangan apa saja yang mereka lalui selama berlatih. Kemudian dilanjutkan oleh penonton yang mengungkapkan bahwa mereka benar-benar merasa terhibur dengan pementasan yang disuguhkan, karena menurut para penonton konsep dari ketiga naskah tersebut enteng dan mudah dipahami, serta mengena di hati para penonton.

Setelah forum diskusi selesai para aktor dan aktris beserta sutradaranya memberi hormat kepada penonton sebagai tanda terima kasih, kemudian lampu dimatikan sebagai tanda bahwa pementasan anak baru 2016 sudah selesai.

Ignatia Grace.

You May Also Like

0 komentar