Menjadi Crew Setting — Catatan Usai Pentas

by - December 11, 2018



Ternyata menjadi crew setting tidaklah mudah. Pada awalnya, perkiraan saya menjadi anggota tim setting hanya bertugas mencari barang, mengakut-angkut, dan meletakannya begitu saja di atas panggung saat sebelum pementasan. Ternyata setelah berproses tidak hanya itu dan tidak semudah itu. Apalagi kami adalah divisi tanpa kepala (CO) jadi tidak ada yang mengkordinasi kami. Untunglah Stage Manager, Kak Ian, turun tangan membantu kami.

Menurut saya tim setting adalah manusia-manusia ajaib. Mereka adalah manusia-manusia yang memiliki kemampuan gaib. Kemampuan untuk membuat lingkungan dan menghidupkannya sebagai tempat aktor dan aktris beraktivitas. Apalagi pada kali ini pentas Teater Seriboe Djendela, Keluarga Moecthar adalah pentas realis. Kami merasa dituntut untuk mewujudkan ruang se-nyata mungkin dan juga tidak mematikan permainan aktor.

Saya sendiri merasa bingung karena terlibat dalam proses pementasan sebagi tim setting adalah hal baru bagi saya. Jadi fokus saya adalah mengamati pada proses yang dilakukan teman-teman yang lebih senior di TSD. Mulai dari memikirkan bentuk ruangan, peletakan partisi/tembok, dan pengadaan barang serta penyusunan barang.

Rencana awal kami ingin memakai panggung atas, tetapi seiring perjalanan waktu, kami merasa bahwa itu sulit untuk dieksekusi dan terlalu ribet. Jadi kami hanya memakai panggung bawah. Karena kami ingin memakai partisi jadi kami harus memperhatikan bentuk ruangan, mulai dari ruangan kamar mbah Rubiah, pintu masuk dan keluar Tante Grace, garasi, ruang makan sampai ke dapur. Setelah beberapa kali diotak-atik akhirnya terciptalah ruangan seperti itu. [Gambar Sketsa Panggung]

Selanjutnya, pengadaan barang. Menurut saya, pengadaan barang adalah hal yang paling susah untuk dilakukan, karena barang yang diadakan di atas panggung disarankan untuk meminjam. Dan tidak hanya itu, barang yang kami adakan bukan sembarang barang, tetapi harus disaring terlebih dahulu supaya senada dan seirama dengan barang yang lain dan mencermikan kondisi ruangan yang dimiliki keluarga menengah ke atas, rumah menteng dan bernuasa Islami. Kami pun wira-wiri kesana dan kemari. Mulai ke rumah Dabmiko, ke tukang figura, rumah mas Yuda, rumah Mbak Globin, rumah Mas Vale sampai rumah Om Sugeng (pinjam lampu). Pokoknya kami sering jalan-jalan.

Di suatu malam di panggung realino di saat evaluasi terdapat pendapat yang menarik dari Mas … (Lupa namanya hehe). Barang yang diadakan di atas panggung ternyata dapat mepresentasikan sesuatu. Misalnya, tiga Gucci yang berbeda ukuran dan disusun secara bertingkat dapat mewakili Ical, Teddy dan Bens yang berbeda usia dan strata. Hal itu menarik bagi saya. Di suatu malam juga terdapat insiden hilangnya barang-barang mas Cahya yang dipakai untuk latihan. Saya secara pribadi merasa kehilangan juga. Sampai sekarang saya tidak tahu bagaimana kelanjutan kasus itu. (Bagaimana hayo?)

Di malam gladi bersih saat semua partisi dan properti terpasang terasa ada ruang kekosongan. Nah, hal itu ternyata dapat akali dengan dua cara, yaitu pengadaan barang untuk mengisi aksen-aksen di dinding dan panggung atau mengubah prespektif dinding. Oleh sebab itu, saat hari H, sebelum pementasan kami melakukan kedua cara itu. Mengubah prespektif dan menambah barang. Hasilnya memang terasa lebih terisi dan hidup ruangan itu. Walaupun menurut saya, ruangan itu kurang mencerminkan ruangan yang dimiliki oleh keluarga menegah ke atas dan belum terasa betul nuasa Islaminya. But, it’s still good because mengingat barang yang terkumpul terbatas.

Menjadi anggota tim setting, saya mendapatkan banyak sekali pengalaman dan pengetahuan baru. Selain cara menata ruangan, prabotan, prespektif ruang dan yang berkaitan dengan pementasan. Saya juga belajar cara memplitur meja, memasang partisi, membuat kursi menjadi goyang, pemilihan warna pada prabotan, dan hal-hal lainnya yang sebetulnya saya dapatkan tetapi lupa untuk dituliskan.

Maaf bila ada perilaku saya yang tidak mengenakkan hati saudara-saudari Seriboe Djendela, baik dengan pikiran, perkataan, maupun perbuatan.

Termakasih dan maaf juga kepada Bens dan Mbah Rubiah selaku yang memiliki kursi dan meja, saya pakai tempat makan kalian tanpa permisi!

Terima kasih Keluarga Moechtar!

Terima kasih Teater Seriboe Djendela!

Arya Surya Pratama.
Anggota aktif TSD 2018 

You May Also Like

0 komentar