Dasar — Puisi
Dasar.
Mengapa pikiran ini ujungnya padamu?
Padahal desas-desus bilang kamu berlabuh
Di hati yang akan jadi penerus agama moyang agamamu.
Jika begitu, apa baiknya aku biarkan lalu? Atau sejatinya, biarkan kau tahu, lalu kita sama-sama lalu?
Sial, matamu jagad prestasi sang khalik.
Aku berutang syukur pada yang maha-maha.
Sial. Sial. Sial. Terlalu banyak upeti yang aku ingin serahkan kepada sudut-sudut ruang kosong
Yang mungkin telah terisi, tanpa ada yang tahu?
Dan apakah benar kata-kata yang kau sematkan di otakku waktu itu? Atau semua hanya tsunami 100meter pemuas nafsumu?
Siapa kamu?
Kenapa sebentar?
Sedetik aku ingin tahu
Apa kabarmu? Mengapa berubah menjadi purba seperti kandang tempat kau sering lalu itu
Dan apa esensiku menulis panjang sesuatu yang mungkin akan kau lewati tanpa terlebih dulu kau pahami di lini masa. Semoga kau mau berteduh dibawah kata kata ini untuk sepersekian waktu.
Semoga kamu tau.
0 komentar